Jumat, 04 Desember 2015

IKHTISAR GAYA GEOLOGI (Resume Katili)

Tulisan berikut merupakan resume (dengan beberapa penambahan) bab II buku 'Geologi' karya Dr. J. A. Katili (Guru Besar Geologi ITB) dan Dr. P. Marks (Fx Lektor Kepala Geologi Sejarah ITB) yang diterbitkan oleh Departemen Urusan Research Nasional Djakarta.

1. Gaya Asal Luar
    Segala yang ada dihadapan kita tidak terputus dari kejadian masa lalu. Daerah khatulistiwa memiliki curah hujan yang besar, lalu hujan tersebut mengisi danau-danau serta menyebabkan sungai dapat mengairi sawah. Sebagaimana daur hidrologi, air yang terkumpul ini menguap, lalu melayang di atmosfer, kemudian berkumpul bersama untuk dapat kembali jatuh ke bumi dengan kekuatan dan energi baru. Di muara sungai dan di pesisir pantai kita melihat pembentukan endapan pasir dan lempung, serta jauh di pegunungan yang tinggi terdapat gletser yang mengikis dan menyeret material sebagai proses pelapukan, ke tempat yang rendah. Kekuatan di atas merupakan kekuatan asal luar atau gaya eksogen sebagai kekuatan yang bekerja di luar dan di atas permukaan bumi.
     Dengan cara demikian terjadilah perubahan pada kenampakan muka bumi. Gaya asal luar ini terbagi menjadi tiga, yakni hidrosfer, biosfer, dan atmosfer. Pengerjaan hidrosfera dapat dilihat pada gejala erosi, yaitu pengikisan dan penorehan pada bahan atau material yang disebabkan oleh gaya air dan denudasi atau penyeretan material dari permukaan bumi menuju tempat yang lebih rendah, misalnya ke laut atau ke danau. Sungai Mississippi di Amerika Utara setiap menit mencurahkan satu juta ton air ke dalam Teluk Meksiko. Dalam air ini turut serta 200 ton batu gamping yang larut, dan hampir 800 ton batuan lainnya serta garam-garam dalam larutan. Zat yang larut antara lain kalium, natrium, gamping, dan lain-lain yang setiap harinya dihanyutkan oleh sungai ke laut sehingga dalam setahun berjumlah tidak kurang dari 500.000.000 ton. Sungai Serayu di Jawa mengangkut sebanyak 7.100.000 meter kubik lumpur dalam setahun, sedangkan Kali Brantas dekat Mojokerto sejumlah 4.300.000 meter kubik. Perhitungan kasar menunjukkan bahwa sungai di dunia mengangkut batuan dan zat sebanyak 20.000.000.000 ton setahun ke semudra dan lautan. Sungai Mississippi dalam 6000 tahun mampu merendahkan daerah pengalirannya sebanyak satu kaki. Sementara erosi mekanik ini rata-rata memerlukan 3000 tahun untuk merendahkan daerah pengaliran sebanyak satu kaki atau sekitar 30 cm. Dengan demikian, bila dihitung maka Inggris dalam waktu 66.000 tahun dapat direndahkan 49 kaki oleh kekuatan denudasi dan erosi. Sehingga dalam satu juta tahun, Inggris dapat lenyap dari permukaan laut. Apabila kekuatan eksogen ini terjadi terus dengan tidak mendapat gengguan, maka suatu saat tidak akan ada benua-benua serta pegunungan. Namun kenyatannya tidak demikian karena di samping kekuatan eksogen, terdapat kekuatan asal dalam atau gaya endogen yang mengkompensasi gaya yang mengikis itu.
Sungai Mississippi (Sumber: Citra Quickbird 2015 Google Earth)

Sungai Serayu (Sumber: Citra Quickbird 2015 Google Earth)

     Di Kepulauan Seribu kita dapat melihat sebaran batuan koral dalam bentuk pulau-pulau karang. Semetara itu, di tepi Benua Australia Timur terdapat batuan karang yang membentuk Great Barier Reef. Bentukan ini hasil gaya organik yang disebabkan oleh binatang dan tumbuhan yang hidup di dalam laut. Selain itu, di laut terdapat berjuta makhluk yang bernama plankton.
Kepulauan Seribu (Sumber: Citra Quickbird 2015 Google Earth)
     Makhluk ini kemudian mati, tenggelam di dasar laut, bercampur dengan sedimen sehingga membantuk sapropelium. Bila memenuhi kondisi dan syarat tertentu, maka sapropelium ini akan menghasilkan minyak bumi. Dalam atmosfer, gaya angin juga berperan. Angin yang membawa pasir halus mengikis batuan dan pegunungan yang terdapat di padang pasir kering. Kemudian tertiup ke arah tertentu sehingga lama kelamaan menghasilkan gurun pasir. Gaya asal luar ini umumnya menyebabkan meratanya atau hancurnya relief yang ada.

Gurun Sahara ((Sumber: Citra Quickbird 2015 Google Earth)
2. Gaya Asal Dalam
     Contoh dari gaya endogen adalah gaya gunung api, gaya gempabumi dan gaya pembentukan pegunungan. Pada waktu erupsi gunung api akan menghasilkan bentukan alam misalnya kerucut gunung api akibat penumpukan material yang dimuntahkan keluar.
     Bentang alam di Pulau Jawa sebagian besar dibentuk oleh timbunan (relief) yang disebabkan oleh kekuatan vulkanik. Di samping gunung api, kita dapat melihat gunung-gunung rantai yang terbentuk oleh perlipatan dan pengangkatan batuan endapan. Hasil dari gaya pembentukan pegunungan kita dapat lihat pada pegunungan berantai besar seperti Pegunungan Alpina di Eropa, Pegunungan Himalaya di Asia, dan Pegunungan Andes di Amerika Selatan. Di Pulau Sumatra misalnya terdapat Pegunungan Bukit Barisan yang memanjang dari utara hingga ke selatan Sumatra sebagai hasil dari kekuatan asal dalam. Proses pengerjaan kekuatan asal dalam ini susah dilihat, namun bila memperhitungkan faktor waktu (melihatnya secara temporal), maka proses tektonik ini mudah dipahami. Ekspedisi yang dikirim ke Pegunungan Himalaya membuktikan bahwa bagian atas dari Gunung Everest terdiri dari batuan gamping. Batuan gamping ini mengandung binatang yang dahulu pernah hidup di laut yang dalamnya kira-kira 3000 m. Dengan memperhitungkan tinggi gunung ini yakni sekitar 9000 m, dapat kita tarik kesimpulan bahwa suatu kekuatan yang tak terlihat oleh mata telah mengangkat pegunungan ini setinggi 12 km.
     Pengangkatan ini telah berjalan berjuta tahun lamanya, suatu gerak naik yang mempunyai kecepatan  hanya beberapa mm dalam setahun. Puncak Gunung Cartenz (sekitar 4500 m) mengandung jenis batuan sedimen, yakni jenis batuan yang dibentuk dari dalam laut. Dengan demikian kita dapat melihat bahwa gaya asal dalam seperti vulkanisme dan gaya pembentukan pegunungan atau diastrophima memperbesar dan membentuk atau membagun relief. Akan tetapi baru saja relief tadi dibentuk lalu muncul ke permukaan laut, maka mulailah penghancuran oleh gaya asal luar. Lambat laun pegunungan yang tinggi tersebut dirombak menjadi sebuah dataran yang rata, melandai ke laut, disebut peneplain (hampir rata). Namun di tempat lain di bumi, terbentuk pula lapisan sedimen yang dilipat dan diangkat menjadi pegunungan. Demikian gejala-gejala ini sebagai sebuat daur, yakni pengerjaan yang silih berganti dalam suatu siklus (lingkaran) secara terus-menerus. Daur geologi ini terbagi menjadi orogenesis yakni pembentukan pegunungan, glyptogenesis yakni penghancuran relief dan litogenesis atau pembentuka kembali batuan endapan, khususnya dalam samudra. Daur termuda disebut Daur Alpina yang mulai terjadi pada waktu Tersier dan membentuk rantaian pegunungan yang termuda di bumi seperti Pegunungan Alpina, Himalaya, Andes, dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar